Memahami Otak Anjing Dapat Merevolusi Pelatihan Anjing Pembantu

0
14

Peneliti seperti Erin Hecht sedang mengeksplorasi bidang studi yang menarik: bagaimana struktur otak anjing memengaruhi perilakunya. Melalui studi terhadap berbagai ras anjing, para ilmuwan memperoleh wawasan tentang mekanisme yang membentuk pembelajaran dan perolehan keterampilan—pengetahuan yang secara signifikan dapat meningkatkan pelatihan anjing penolong dan meningkatkan kehidupan banyak individu.

Kekuatan Breed: Evolusi dalam Toples

Laboratorium Hecht berfokus pada apa yang disebutnya “evolusi dalam toples”. Idenya adalah bahwa ras anjing yang berbeda, yang dibiakkan dengan cermat selama berabad-abad untuk tugas tertentu, menawarkan kesempatan unik untuk mengamati proses evolusi yang sedang berlangsung. Tidak seperti mempelajari perubahan evolusioner yang lambat dari generasi ke generasi, ras anjing memberikan gambaran yang cepat dan dapat diamati tentang bagaimana faktor genetik dapat menghasilkan ciri-ciri perilaku yang berbeda.

“Kami tertarik pada anjing karena ada garis keturunan berbeda yang dibiakkan untuk profil perilaku berbeda, seperti berburu, menggembala, atau menjaga.” – Erin Hecht

Laboratorium ini menggunakan pemindaian MRI non-invasif untuk memeriksa organisasi otak, yang bertujuan untuk memahami perbedaan struktur otak yang berkontribusi terhadap beragam kemampuan yang terlihat pada berbagai ras. Tujuannya adalah untuk menunjukkan dengan tepat apa yang membuat anjing pendeteksi aroma unggul dalam mempelajari serangkaian tugas sementara anjing penolong unggul dalam serangkaian keterampilan yang sangat berbeda.

Implikasi Praktis Penelitian Otak

Penelitian ini tidak sepenuhnya bersifat teoretis; hal ini memiliki implikasi besar pada dunia nyata. Meskipun memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana otak belajar itu berharga, pekerjaan ini dapat secara langsung menghasilkan anjing penolong yang lebih baik dan hewan peliharaan keluarga yang lebih sehat dan bahagia.

Saat ini, sekitar 500.000 anjing penolong di Amerika Serikat membantu penyandang berbagai disabilitas. Kecacatan tersebut meliputi gangguan mobilitas dan sensorik, kondisi kejiwaan seperti PTSD dan gangguan panik, autisme, kondisi perkembangan saraf, diabetes, epilepsi, dan bahkan alergi parah. Setiap anjing pemandu yang terlatih memiliki label harga yang lumayan, seharga $50.000 atau lebih. Tantangan yang signifikan adalah tingginya tingkat kegagalan — sekitar 50% — dan seringnya waktu tunggu yang lama, hingga bertahun-tahun, bagi individu yang mencari anjing penolong.

Mengidentifikasi Pembelajar yang Sukses

Penelitian Hecht bertujuan untuk mengatasi tantangan ini dengan mengidentifikasi “biomarker”—indikator terukur— yang memprediksi potensi anjing untuk berhasil dalam pelatihan.

“Jika kita dapat mengidentifikasi pembelajar yang sukses sejak dini, kita dapat mempersingkat waktu bagi orang-orang untuk mendapatkan anjing yang mereka butuhkan.”

Dengan mengidentifikasi ciri-ciri pada awal kehidupan seekor anjing, para peneliti berharap dapat menyederhanakan proses pelatihan, mengurangi tingkat kegagalan, mempersingkat waktu tunggu bagi individu, dan pada akhirnya membuat anjing penolong lebih mudah diakses oleh mereka yang membutuhkannya. Kemampuan untuk memprediksi anjing mana yang paling mungkin untuk berkembang dalam program pelatihan tertentu dapat mewakili kemajuan besar dalam bidang bantuan anjing.