Istanbul Menghadapi Risiko Gempa Bumi yang Meningkat seiring Pergeseran Garis Patahan Marmara

0
15

Istanbul, kota terpadat di Turki, semakin rentan terhadap gempa bumi besar, menurut penelitian baru dan pengamatan seismik. Garis patahan kritis di bawah Laut Marmara—jalur air yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Aegea—menunjukkan tanda-tanda peningkatan tekanan, meningkatkan kekhawatiran di kalangan ahli geologi tentang kemungkinan terjadinya bencana besar.

Meningkatnya Ancaman di Bawah Laut

Selama dua dekade terakhir, frekuensi dan besaran gempa bumi di kawasan ini terus meningkat, bergeser ke arah timur sepanjang garis patahan. Gempa terbaru, gempa berkekuatan 6,2 skala richter yang terjadi pada bulan April, merupakan bagian dari pola yang menurut para ilmuwan dapat berujung pada peristiwa yang jauh lebih besar.

Sesar Utama Marmara, segmen garis patahan sepanjang 9-13 mil, kini berada dalam pengawasan ketat. Bagian ini telah “terkunci”, yang berarti stres semakin menumpuk tanpa bisa dilepaskan, dan pecahnya bagian ini dapat mengakibatkan gempa bumi berkekuatan 7,0 atau lebih besar lagi—bencana yang secara langsung mengancam 16 juta penduduk Istanbul.

Mengapa Ini Penting: Sejarah Kehancuran

Turki berada di salah satu zona seismik paling aktif di dunia. Negara ini mengalami gempa bumi dahsyat pada Februari 2023, yang menewaskan sedikitnya 55.000 orang di Turki dan Suriah. Tragedi yang terjadi baru-baru ini menggarisbawahi kerentanan kawasan ini dan pentingnya pemahaman—dan persiapan menghadapi—kejadian di masa depan.

“Gempa bumi tidak dapat diprediksi,” kata Patricia Martínez-Garzón, ahli seismologi di GFZ Helmholtz Center for Geosciences. “Tetapi memahami bagaimana acara ini dapat dimulai sangatlah penting.”

Kuncinya saat ini bukanlah melakukan prediksi, namun meningkatkan sistem deteksi dini dan memperkuat upaya mitigasi. Hal ini termasuk memperkuat peraturan bangunan, rencana tanggap darurat, dan kampanye kesadaran masyarakat.

Waktu Tidak Pasti, Resiko Tertentu

Meskipun waktu pasti terjadinya gempa bumi besar masih belum diketahui, peningkatan aktivitas seismik merupakan tanda peringatan yang jelas. Stephen Hicks, ahli seismologi di University College London, dengan blak-blakan menyatakan hal ini: “Istanbul berada dalam bahaya.” Potensi terjadinya bencana gempa bumi adalah nyata, dan kota ini harus bersiap menghadapi hal yang tidak bisa dihindari.

Penelitian yang diterbitkan dalam Science menekankan bahwa perpecahan besar mungkin saja terjadi. Ini bukan hanya soal keingintahuan geologis; ini adalah skenario hidup atau mati bagi jutaan orang di salah satu kota terbesar dan paling penting secara ekonomi di dunia.