Para astronom telah mengamati secara langsung dua tabrakan asteroid besar di sekitar bintang muda Fomalhaut, sebuah penemuan yang mengubah pemahaman kita tentang bagaimana sistem planet terbentuk. Frekuensi tak terduga dari peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa dampak kekerasan mungkin jauh lebih umum terjadi pada tahap awal perkembangan bintang daripada yang diperkirakan sebelumnya, sehingga berpotensi memberikan wawasan tentang asal mula tata surya kita yang kacau balau.
“Planet” yang Menghilang dan Munculnya Awan Debu
Selama bertahun-tahun, para peneliti memperdebatkan sifat objek yang mengorbit Fomalhaut, yang awalnya diidentifikasi pada tahun 2008 sebagai planet potensial yang disebut Fomalhaut b. Pengamatan selanjutnya tidak meyakinkan, dan objek tersebut muncul dan menghilang seiring waktu. Data baru dari Teleskop Luar Angkasa Hubble menegaskan bahwa Fomalhaut b kemungkinan besar bukanlah sebuah planet sama sekali, melainkan awan debu besar yang tercipta akibat tumbukan asteroid berenergi tinggi.
Tak lama setelah hilangnya Fomalhaut b, titik terang baru muncul—dijuluki Fomalhaut cs2—yang kini diyakini para peneliti sebagai tabrakan lain yang sedang berlangsung. Kecepatan pembentukan awan baru ini mengesampingkan kemungkinan bahwa awan tersebut adalah sebuah planet, dan menegaskan bahwa peristiwa-peristiwa ini sedang terjadi saat ini, bukan hanya disimpulkan dari dampak di masa lalu.
Mengapa Ini Penting: Sebuah Jendela Melihat Masa Lalu Tata Surya Kita
Pengamatan terhadap dua tabrakan serupa dalam dua dekade secara statistik mustahil; model saat ini memperkirakan peristiwa ini hanya terjadi sekali setiap 100.000 tahun atau lebih. Hal ini menunjukkan bahwa sistem planet awal mungkin jauh lebih tidak stabil dibandingkan perkiraan para ilmuwan sebelumnya.
Implikasinya sangat besar. Pembentukan planet awal kemungkinan besar merupakan proses yang brutal, dengan seringnya tabrakan yang membentuk orbit dan komposisi planet. Memahami hal ini sekarang dapat membantu kita menjelaskan bagaimana bulan di bumi terbentuk dan mengapa tata surya kita terstruktur seperti itu.
“Kita tidak lagi harus bergantung hanya pada teori untuk memahami dampak kekerasan ini; kita bisa melihatnya secara nyata,” jelas Paul Kalas, peneliti utama proyek tersebut.
Pengamatan Masa Depan dan Teleskop James Webb
Pengamatan lebih lanjut direncanakan menggunakan Hubble dan James Webb Space Telescope (JWST) selama tiga tahun ke depan. Kemampuan inframerah JWST yang unggul akan memungkinkan para ilmuwan melacak evolusi awan debu di sekitar Fomalhaut cs2 dan mencari sisa-sisa Fomalhaut b.
Penelitian ini menantang anggapan bahwa pembentukan tata surya kita adalah sesuatu yang unik. Bukti menunjukkan bahwa tabrakan dengan kekerasan adalah hal yang biasa terjadi pada tahap awal perkembangan planet. Seperti yang dikatakan Kipping, “Mungkin kita tidak seaneh yang diperkirakan beberapa orang.”
Pengamatan yang sedang berlangsung di sekitar Fomalhaut menjanjikan untuk mengungkap apakah peristiwa-peristiwa tersebut merupakan suatu norma atau anomali, menyempurnakan model evolusi planet kita dan memberikan petunjuk baru mengenai sejarah awal lingkungan kosmik kita sendiri.























